Pukul 12
malam, saat satpam
hotel sudah
pulang, ada
sebuah mobil
minibus
station
yang parkir di
halaman hotel.
Dengan inisiatifnya
sendiri,
Anom kemudian
mencuci mobil
itu. Berbekal
kain lap bersih,
ember, dan air bersih dari keran, mobil itu ia cuci sampai bersih.
Kelar mencuci mobil pukul 2 dinihari, Anom kemudian
tertidur di pos satpam hotel hingga jam 6 pagi. Bangun tidur,
Anom langsung menyapu membersihkan halaman parkir hotel.
“Sekitar pukul 7 pagi, pemilik mobil yang saya cuci
pukul 2 dinihari tadi keluar hotel menuju mobilnya. Ternyata
dia owner atau pemilik Hotel Rani yang saya tidak tahu namaHotel
tempat Anom menjadi tukang cuci mobil
34 Gusti Ngurah Anom
nya. Dia bertanya apa saya mau kerja di hotel miliknya?
Saya
jawab saya mau bantu-bantu saja. Saya juga minta ijin untuk
numpang di pos satpam dan minta diberi makan dan minum.
Selama 2 tahun berikutnya saya diijinkan menumpang tidur di
pos satpam hotel Rani.”
Hari kedua tinggal di pos satpam Hotel Rani, Anom
mencuci 3 buah mobil, 1 milik pemilik hotel, 2 buah mobil lagi
milik tamu hotel yang menginap di sana. Pekerjaan mencuci
mobil ini dilakukannya mulai pukul 12 malam sampai pukul 3
pagi. Pukul 3 pagi hingga 6 pagi ia istirahat tidur di pos satpam
hotel.
“Sekitar pukul 8 pagi, pemilik mobil yang saya cuci semalam
keluar hotel. Kepada pemilik mobil saya bilang bahwa
saya yang mencuci mobilnya semalam. Saya kemudian mendapat
upah sebesar Rp 2000, jumlah yang lumayan di masa itu.
Waktu itu harga sepotong kue Rp 25, secangkir kopi Rp 25,
dan sebungkus nasi Rp 50. Uang Rp 100 atau Rp 200 saja sudah
cukup, apalagi Rp 2000.”
Dengan menjadi tukang cuci mobil saat itu, Gusti Ngurah
Anom merasa sudah seperti bos. Menjadi tukang cuci mobil
waktu itu, penghasilannya per hari antara Rp 2000 hingga
Rp 5000. Mobil yang ia cuci tidak hanya mobil tamu yang
menginap di Hotel Rani tempatnya menumpang tinggal di pos
satpam, tapi juga di 4 hotel lain sekitar Hotel Rani Sanur.
Dengan penghasilan dari mencuci mobil tamu hotel,
Anom mulai bisa menabung dan mulai bisa membeli baju.
Dengan uang tabungan hasil mencuci mobil tamu hotel, Anom
Raja Oleh-Oleh Khas Bali 35
juga bisa membeli sepeda lagi. Sepeda yang ia beli merk Phoenix
seharga Rp 45.000. Dengan sepeda ini ia keliling dari satu
hotel ke hotel lainnya mencari mobil tamu hotel yang mau
dicuci.
“Saya berkeliling hingga ke hotel-hotel yang ada di
Jalan Danau Tamblingan dan jalan By Pass Ngurah Rai.
Ada
sekitar 15 hotel di wilayah itu yang menjadi langganan saya.
Setiap malam saya mencuci mobil di 3 hotel berbeda. Mobil
yang sudah selesai saya cuci wipernya saya angkat sebagai
kode sudah bersih dicuci,” ujar Anom mengenang masa-masa
penuh perjuangan menjadi seorang tukang cuci mobil.
Selain Anom, profesi mencuci mobil tamu hotel waktu
itu juga dilakukan beberapa orang lainnya. Di sini sering terjadi
persaingan antar sesama tukang cuci mobil. Persaingan
tidak sehat juga kerap terjadi diantara mereka. Upah hasil
cuci mobil tamu hotel yang dikerjakan Anom sering diambil
oleh orang lain. Meski demikian, rejeki yang didapat Anom
dari mencuci mobil tamu hotel selalu ada. “Saya juga sering
diajak beberapa rekan sesama tukang cuci mobil untuk bekerja
sama mencuci mobil para tamu hotel yang menginap di
kawasan Sanur dan sekitarnya.”
Setelah 2 tahun bekerja sebagai tukang cuci mobil,
Gusti Ngurah Anom bisa membeli sebuah sepeda motor bekas
jenis bebek Honda 70 warna merah seharga dengan harga Rp
150.000. Motor ini kemudian diperbaiki lagi di sebuah bengkel
di Pedungan dengan biaya perbaikan Rp 250.000.
2 tahun bekerja sebagai tukang cuci mobil, penyakit
36 Gusti Ngurah Anom
rematik mulai menyerang tubuhnya yang kurus. Tangan dan
kaki Anom mulai sering sakit karena sering kedinginan terkena
air sewaktu mencuci mobil tamu hotel.
“Akhirnya saya memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan
sebagai tukang cuci mobil.”
0 Response to "Bertahan hidup dengan mencuci mobil tamu hotel"
Post a Comment