Waktu bekerja di Konfeksi Sidharta, Gusti Ngurah
Anom mempunyai seorang kekasih yang bernama Ketut Mastrining.
Mastrining akhirnya menjadi istri Anom hingga saat
ini.
“Saya bertemu pertama kali dengan Ketut Mastrin-
Gusti Ngurah Anom bersama Istri, Ketut Mastrining
Raja Oleh-Oleh Khas Bali 41
ing saat berkunjung ke rumah paman saya Nyoman Singarata
(meski nama sama, ini bukan Nyoman Singarata supir truk), di
jalan Tukad Balian Denpasar. Saat itu Mastrining yang merupakan
teman SMP saya, bekerja di usaha Konfeksi kecil milik
paman,” kenang Anom.
Di mata Ketut Mastrining, Gusti Ngurah Anom merupakan
sosok anak yang nakal. Meski awalnya Mastrining tidak
tertarik, tapi Anom terus berupaya menarik perhatiannya.
“Waktu itu saya punya keyakinan bahwa saya harus
punya istri seorang tukang jahit. Jika saya dan istri punya
keterampilan
yang sama, saya merasa yakin bisa hidup dan
sukses.”
Untuk menarik perhatian gadis pujaan hati bernama
Ketut Mastrining,
Anom rajin mengiriminya surat. Surat cinta
untuk Ketut Mastrining ia letakkan di kamar mandi. Meski
Anom sering berkirim surat cinta, namun tak satu pun surat
cinta yang ia kirim dibalas Mastrining.
Selain rajin kirim surat cinta, Anom juga rajin mengirim
coklat. Jika ada waktu luang, Anom dan Ketut Mastrining juga
kerap janjian bertemu di sekitar bunderan Renon.
“Kita akhirnya jadian di Renon saat lari pagi. Setelah
pacaran, kita jarang ketemuan karena kesibukan di tempat
kerja masing-masing. Kami biasanya ketemu hari Sabtu atau
Minggu,” kata Anom mengenang masa indahnya saat berpacaran.
Karena merasa sudah cocok dan memang ingin memi42
Gusti Ngurah Anom
liki istri seorang penjahit, akhirnya Anom memutuskan untuk
meminang Ketut Mastrining. Anom memberanikan diri untuk
menikah di usia 19 tahun. Pernikahan dilangsungkan di
rumah tuanya, di Banjar Saba, Desa Blangsinga, Kecamatan
Blahbatuh, Gianyar pada Bulan Maret 1991.
“Setelah menikah, antara saya dengan paman (Nyoman
Singarata) sempat terjadi mis (salah paham).
Paman merasa
keberatan, karena saya dinilai masih terlalu muda untuk menikah.
Selain itu, saya juga membawa salah satu pegawai andalannya
Ketut Mastrining sehingga paman merasa kekurangan
tenaga di usaha Konfeksi miliknya. Saya juga dituding kacang
lupa dengan kulitnya. Tapi mis komunikasi antara saya dan paman
ini tidak berlangsung lama. Paman akhirnya memahami
dan bisa menerima keputusan saya untuk menikahi istri saya
Ketut Mastrining.”
Setelah menikah, Anom dan istri pindah ke sebuah
gudang di Jalan Tukad Irawadi Denpasar. Ia kemudian mulai
merintis usaha Konfeksi sendiri bermodalkan satu mesin ‘over
deck’, 1 mesin obras, serta 2 buah mesin jahit. Anom dan istri
bekerja dari pagi sampai jam 2 malam, mengerjakan order
atau pesanan dari usaha Konfeksi milik Pak Sidharta.
Meski sudah mulai merintis usaha Konfeksi sendiri di
Jalan Tukad Irawadi, Anom masih membantu usaha Konfeksi
Sidharta. Jika order di Konfeksi Sidharta sedang penuh, Anom
diminta untuk membantu mengurus semuanya. Ia juga sering
diminta untuk mencarikan tenaga tukang jahit jika sedang ramai
order atau pesanan pakaian jadi.
0 Response to "Bertemu sang istri idaman"
Post a Comment